Beranda | Artikel
Mutiara Nasihat Tentang Ceramah Lucu, Penghancur Amalan dan Jangan Remehkan Hutang
Jumat, 20 September 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Mutiara Nasihat Tentang Ceramah Lucu, Penghancur Amalan dan Jangan Remehkan Hutang ini adalah bagian dari program untaian mutiara nasihat atau kultum oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Hafidzahullahu Ta’ala.

Mutiara Nasihat Singkat Tentang Ceramah Lucu

Saudaraku, sesuatu yang lucu itu sesuatu yang membuat hati kita gembira. Ada sebuah kisah yang dikisahkan oleh Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Akhbarul Hamqa wal Mughaffalin. Ada orang Arab badui yang hendak shalat berjamaah bersama imam. Lalu orang Arab badui itu bertanya dulu kepada Imam, “mau baca surat apa?” “Surat Al-Baqarah.” Al-Baqarah artinya sapi. lalu shalatlah seorang Arab badui itu dan imam membaca surat Al-Baqarah dari awal sampai akhir. Tentu ini panjang sekali.

Keesokan harinya, orang Arab badui itu kembali mau shalat lagi. Lalu dia bertanya lagi kepada si imam, “Hari ini kamu mau membaca surat apa?” “Al-Fiil (gajah)”. Lalu orang Arab badui itu pergi. Kemudian ditanya kenapa dia pergi, lalu dijawab, “Kalau kemarin Al-Baqarah saja panjang begitu, bagaimana surat Al-fiil (gajah)? Pasti lebih panjang lagi.” MasyaAllah.. Ini kisah-kisah lucu yang bisa kita baca.

Cuma masalahnya saudaraku, kalau sebuah ceramah berisi kisah-kisah yang lucu atau melucu dalam ceramah, apakah itu pantas dalam Islam?

Yang harus kita perhatikan saudaraku, tujuan ceramah itu adalah melembutkan hati. Sementara banyak tertawa itu mengeraskan hati. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

“Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi)

Gambaran Ceramah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Makanya lihat ceramah-ceramah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Majelis-majelis ta’lim Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah majelis yang menimbulkan rasa takut kepada Allah.

Ini di Handzalah.. Dimana Handzalah mengeluh kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, aku apabila berada di Majelismu wahai Rasulullah, hatiku takut dan air mataku berlinang, aku menangis takut kepada Allah. Tapi ketika aku pulang ke rumahku, aku tertawa dengan anak dan istriku, aku kembali lupa. Bagaimana ini Rasulullah?”

Kata Rasulullah:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً

“Hai Handzalah, kalaulah keadaan engkau terus-menerus seperti berada di dalam majelisku, malaikat akan menyalami kamu di jalan-jalan dan di rumahmu. Akan tetapi Handzalah, ada saat-saatnya.” (HR. Muslim)

Pada kisah di atas Handzalah menceritakan bahwa kalau beliau berada di majelisnya Rasulullah, beliau menangis dan takut kepada Allah. Begitulah majelis Rasulullah yang mengingatkan kepada Allah, mengingatkan kepada kehidupan akhirat, mengingatkan tentang hakikat tujuan hidup kita di dunia.

Tujuan Ceramah

Banyak orang ketika menemukan ceramah yang kurang lucu akhirnya dia kurang suka. Dia justru suka kepada seorang penceramah yang isinya dari awal sampai akhir tertawa dan tertawa. Saudaraku, demikian kah ceramah Rasulullah? Tentu tidak. Apakah seperti itu sesuai dengan tujuan ceramah? Tentu bukan itu tujuan ceramah. Ceramah itu bukan hiburan, saudaraku. Supaya orang tertawa, terkekeh-kekeh, tidak!

Ceramah itu tujuannya menambah keimanan kita, ceramah itu tujuannya supaya kita takut kepada Allah, hati kita menjadi lembut kepada Allah. Bagaimana hati kita akan lembut kalau ternyata isi ceramah dari awal sampai akhir tertawa, tertawa dan tertawa. Sementara Rasulullah mengabarkan tadi untuk menjauhi banyak tertawa. Karena sesungguhnya banyak tertawa itu bisa mematikan hati.

Jauhi Majelis Yang Banyak Tawa

Saudaraku sekalian, kalau kita berada di majelis ceramah yang isinya hanya tertawa, lebih baik kita pergi. Karena itu hanyalah majelis untuk mengeraskan hati saja. Duduklah di majelis yang membuat kita menangis dan ingat kepada Allah, membuat iman kita bertambah kepada Allah, membuat kita selalu ingin kembali kepada Allah.

Duduklah di majelis yang bisa menambah keilmuan kita dan ketakwaan kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala, yang dibacakan padanya Al-Qur’anul Karim, yang ditafsirkan padanya ayat-ayat Allah Jalla wa ‘Ala sesuai dan pemahaman para sahabat, para tabi’in, tabiut tabi’in dan para ulama setelahnya.

Duduklah di majelis yang dibacakan padanya hadits-hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itulah yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kabarkan sebagai majelis-majelis yang dilingkupi oleh para malaikat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di masjid dari masjid-masjid Allah, mereka membaca Al-Qur’an, mereka mempelajari Al-Qur’an, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, akan dilingkupi oleh malaikat, demikian pula akan dilingkupi oleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah akan menyebut nama mereka di hadapan para malaikat sambil dibangga-banggakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Penutup Tentang Ceramah Lucu

Saudaraku, ceramah lucu tidak layak untuk kita dengar. Karena itu bukan ilmu. Ceramah lucu yang isinya hanya tertawa dan terkekeh-kekeh tidak akan menambah keimanan anda. Maka dari itulahm biasakan kita mencari ceramah ilmu, biasakan cari ceramah yang memang betul-betul ilmiah yang bisa menambah keimanan dan keilmuan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudaraku sekalian,

Jadi, tujuan dari ceramah bukan membuat orang tertawa. Tapi tujuan dari ceramah adalah agar manusia kembali kepada Allah, ingat kepada Allah, takut kepada Allah, bertambah keilmuannya tentang Allah dan syariatNya.

Semoga yang saya sampaikan bermanfaat..

Download mp3 Mutiara Nasihat Singkat Tentang Ceramah Lucu

Materi Mutiara Nasihat Tentang Penghancur Amalan Seorang Muslim

Ada sebuah perkataan Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitab AlWabilush Shayyib yang menarik untuk kita perhatikan. Yaitu seputar amal. Beliau berkata, “bukanlah yang terpenting itu di dalam beramalnya, akan tetapi yang lebih penting dari amal adalah bagaimana menjaga amal supaya tidak dibatalkan.”

Kita sudah capek-capek beramal tapi dibatalkam oleh Allah. Tentu ini tidak kita inginkan. Kita sudah capek shalat, sudah capek zakat, sudah capek puasa, sudah capek haji, ternyata akibat keteledoran kita, amal kita dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka dari itu kita penting dan sangat penting, sangat perlu untuk kita mengetahui apa saja yang bisa membatalkan amal.

Hal-Hal Yang Membatalkan Amal

1. Syirik yang besar maupun yang kecil

Syirik yang besar, itu bisa membatalkan seluruh amal, habis semuanya. Adapun syirik yang kecil, ini akan membatalkan amal yang terkena syirik kecil itu. Allah Ta’ala berfirman:

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

Jika kamu berbuat syirik, Allah akan batalkan amalanmu.” (QS. Az-Zumar[39]: 65)

Maka dari itu saudaraku, orang yang berbuat syirik besar seperti orang yang sujud kepada patung, orang yang bertawakal kepada jimat, orang yang membuat persembahan kepada laut dan para jin, semua itu adalah syirik besar yang bisa membatalkan dan menghabiskan amalan kita.

Adapun syirik kecil contohnya:

a. Riya’

Misalnya kita shalat tapi kita ingin dipuji orang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ .

“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kamu adalah syirk kecil.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa syirk kecil itu?” Beliau menjawab, “Riya`” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain Nabi menjelaskan contoh syirik kecil:

يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

“Ada orang yang berdiri shalat lalu ia perbagus shalatnya karena rupanya ada yang memperhatikan dirinya.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

Ini sangat berbahaya, saudaraku.. Karena riya’ membatalkan amalan yang terkena riya’.

Maka saat kita bershadaqah, kita ingin disebut dermawan. Saat kita menuntut ilmu, kita ingin disebut ulama. Saat kita melakukan kebaikan-kebaikan, kita berharap pujian manusia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa ada tiga orang yang pertama kali dilemparkan ke dalam api neraka oleh Allah; (1) orang alim dan qari, (2) orang yang berjihad dan mati syahid, (3) orang yang dermawan/berinfak.

Dipanggillah orang yang alim dan qari dan Allah Ta’ala bertanya, “Apa amalanmu?” Si alim dan qari itu berkata, “Aku dahulu ya Allah, menuntut ilmu karena Engkau, membaca Al-Qur’an karena Engkau.” Maka Allah berfirman, “Kamu dusta. Kamu dahulu menuntut ilmu karena ingin disebut alim ulama. Kamu dahulu membaca Al-Qur’an karena ingin disebut qari. Dan kamu sudah mendapatkan sebutan itu.” Lalu kemudian diseretlah ia ke dalam api neraka.

Bayangkan saudaraku.. Maka dari itulah hati-hati, sebelum kita beramal kita koreksi hati kita terlebih dahulu. Apakah kita benar-benar ikhlas mengharapkan wajah Allah atau ada sesuatu seperti kita mengharapkan pujian manusia.

Ketika kita beramal, kita juga berusaha untuk mengkoreksi lagi hati kita. Ketika sedang beramal, jangan sampai kemasukan riya’. Sebab jika kita sedang beramal lalu masuk riya’ dan kita biarkan, maka akan batal amal kita. Tidak ada manfaatnya.

b. Ujub

Di antara yang termasuk syirik kecil -kata Syaikh Utsaimin rahimahullah- yaitu ujub. Kenapa ujub disebut syirik kecil?

Kata Syaikhul Islam, orang yang ujub (berbangga) dengan amalannya seakan-akan menganggap bahwa amalannya itu hasil usaha dia sendiri. Lalu dia mengungkit kebaikannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal kalau bukan karena Allah yang membantu dia, tidak akan bisa lakukan itu. Makanya ujub bisa membatalkan setelah amal selesai.

Adapun -kata Syaikh Utsaimin- jika amal kita sudah selesai kemudian muncul riya’ setelah selesainya amal, menurut beliau itu tidak berpengaruh. Yang pengaruh adalah ujub setelah beramal. Itu berat! Bahkan Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ujub dengan amal itu lebih buruk daripada ujub dengan harta dan kedudukan.

Maka hati-hati. Karena kita sudah banyak shalat tahajud, karena kita sudah banyak puasa sunnah, karena kita sudah banyak bersedekah, lalu kita merasa kita lebih baik dari dia. Ketika kita melihat teman kita yang jarang shalat sunnah, puasa sunnahnya juga jarang, lantas kita bandingkan dengan diri kita bahwa kita merasa kita lebih baik dari dia. Hal ini berbahaya karena bisa membatalkan amalan kita. Na’udzubillah, Nas’alullah as salamah wal ‘afiah..

2. Mengharapkan Dunia dari Amal Shalih

Misal ada orang yang shalat dhuha namun niat utamanya adalah agar rezekinya diluaskan. Ada orang shalat tahajud ternyata niat utamanya adalah agar kedudukannya bisa naik. Ada orang bersedekah namun niat utamanya supaya diganti di dunia. Saudaraku, ini bisa membatalkan amal. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Hud ayat 15-16:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾

Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan amalan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud[11]: 15-16)

Maka jangan sampai niat utama kita mengharapkan dunia. Kita bersedekah tapi niat utama kita supaya diganti di dunia, kita shalat dhuha tapi niat utama kita mengharapkan lancarnya rezeki, kita beramal shalih tapi harapannya hanya sebatas yang paling besar di hati kita adalah dunia, tentu ini berbahaya sekali saudaraku sekalian.

Imam Asy-Syuyuti mengatakan bahwa orang yang berhaji dengan niat dua; niat haji karena Allah dan niat karena bisnis, beliau mengatakan agar dilihat mana yang paling dominan. Kalau yang paling dominannya karena Allah, dia mendapat pahala. Tapi kalau yang paling dominannya hanya karena dunia, dia akan mendapat dosa. Kalau ternyata seimbang, maka kata beliau berguguran (tidak dapat dosa dan tidak dapat pahala). Tidak dapat apa-apa, mengerikan.

3. Melakukan Dosa Dikala Sendirian

Diantara perkara yang bisa merusak amal kita, saudaraku sekalian, yaitu kita melakukan dosa sendirian ketika tidak ada orang yang melihat kita. Di mana kita ternyata takutnya kepada Allah kalau di depan orang saja. Tapi kalau kita sedang sendirian, kita tidak takut sama Allah dan berani melanggar larangan Allah. Na’udzubillah..

Imam Abu Dawud meriwayatkan dalam sunannya, kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa nanti pada hari kiamat akan ada orang yang membawa pahala sebesar-besar gunung Tihamah. Ternyata apa yang terjadi? Allah batalkan, hancur. Maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa mereka?” Kata Rasulullah:

أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka berani melanggar hal yang diharamkan Allah.” (HR. Abu Dawud)

Lihatlah saudaraku..

Rupanya gara-gara takutnya kepada Allah ketika di depan orang saja, ketika dia sendirian dia tidak takut kepada Allah, ternyata ketika hari kiamat dan dia membawa pahala-pahala besar, namun Allah batalkan sehingga amal itu tidak ada manfaatnya.

4. Tidak Beriman Kepada Takdir

Diantara perkara yang bisa merusak amal kita yaitu tidak beriman kepada takdir. Abdullah bin Umar bersumpah:

وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ

“Demi Dzat yang diri Ibnu Umar ada di tanganNya, Allah tidak akan menerima amalan mereka sampai mereka beriman kepada takdir.”

Ini beliau ucapkan ketika dilaporkan kepada beliau tentang suatu kaum yang mengingkari takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini berbahaya saudara. Ini bisa membatalkan amal.

Penutup Mutiara Nasihat Tentang Penghancur Amal

Saudaraku, maka dari itu pelihara amal kita. Jangan sampai kita capek-capek melakukan amal tapi ternyata dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada manfaatnya. Benar kata Imam Ibnul Qayyim, “Bukanlah yang terpenting dalam amal, tapi ada yang lebih penting daripada beramal. Yaitu menjaga amal agar jangan sampai dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menjaga amal kita, saudaraku. Semoga Allah memelihara amalan kita dan amalan shalih kita. Dan kita berusaha bersungguh-sungguh untuk mempelajari segala macam hal-hal yang bisa membatalkan amalan kita dan merusak amalan kita.

Download mp3 Mutiara Nasihat Singkat Tentang Penghancur Amal

Mutiara Nasihat Tentang Jangan Remehkan Hutang

Saudaraku sekalian, kita merasa senang mempunyai rumah mewah, mobil, toko, perabotan rumah tangga yang memadai. Tapi kalau ternyata itu semuanya dari hasil menghutang, itu sebetulnya bukan kebahagiaan, tapi kesengsaraan. Karena hutang itu -saudaraku sekalian- adalah sesuatu yang tidak enak nanti di akhirat. Kanapa?

Orang Yang Bangkrut

Karena disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa kelak pada hari kiamat kita akan membayar hutang-hutang yang dahulu di dunia kita berhutang dengan amalan shalih kita. Bayangkan kalau ternyata amalan shalih kita habis hanya untuk bayar hutang. Makanya kita menjadi orang-orang yang bangkrut.

Makanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits Bukhari, kata beliau:

مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ

“Barang siapa pernah berbuat zhalim kepada saudaranya terhadap kehormatannya atau yang lain, hendaknya meminta orang tersebut menghalalkan dirinya dari perbuatan aniaya tersebut hari ini” (HR. Bukhari)

Yaitu dengan cara minta maaf atau kalau kita punya hutang yang belum dibayar segera kita bayar.

قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ

“Sebelum nanti di hari kiamat kita tidak bisa membayar dengan dirham dan dinar.”

Lalu kita bayar dengan apa? Dengan amalan shalih. Makanya jangan sampai kita bangkrut, saudaraku. Sebagaimana dalam hadits riwayat Muslim bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ

“Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut itu?”

Kata para sahabat:

الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ

“Orang bangkrut di antara kami yaitu orang yang ludes hartanya.”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Sesungguhnya orang bangkrut di kalangan umatku, (yaitu) orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala amalan) shalat, puasa dan zakat. Tetapi dia juga mencaci maki si ini, menuduh si itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya, dan orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya. Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum diselesaikan kewajibannya, kesalahan-kesalahan mereka diambil lalu ditimpakan padanya, kemudian dia dilemparkan di dalam neraka.” (HR. Muslim)

Ini adalah orang yang bangkut. Na’udzubillah..

Apakah kita mau bangkrut seperti orang itu, saudaraku?

Kalau kita bangkrut di dunia, kita masih bisa usaha lagi mencari uang. Tapi kalau kita bangkrut di akhirat, apa yang bisa kita andalkan kecuali alaman shalih? Maka dari itu jangan menganggap remeh masalah hutang.

Rasulullah Tidak Mau Menshalati Jenazah Yang Punya Hutang

Pernah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diminta untuk menshalatkan seorang sahabat yang meninggal dunia. Maka Rasulullah bertanya:

هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ؟

“Apakah dia punya hutang?”

Lalu kata para sahabat, “Dia punya hutang 2 Dinar, Ya Rasulullah.”

Kata Rasulullah:

صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ

“Kalian saja yang menshalati sahabat kalian.” (HR. Bukhari)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mau menshalati. Sampai begitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mau menshalatkan jenazah yang punya hutang.

Maka orang yang mati syahid saja, diampuni semua dosanya disaat ia meninggal mati syahid. Bahkan diawal dia mengucurkan darah sudah diampuni dosanya. Kemudian kata Rasulullah:

إِلاَّ الدَّيْنَ

“Kecuali hutang.” (HR. Muslim)

Dimana bekas ilmu itu di hatimu?

Ternyata hutang tidak bisa digugurkan walaupun dengan mati syahid sekalipun juga. Maka sungguh sangat heran kepada sebagian orang yang sangat menganggap remeh masalah hutang. Bahkan sebagian orang yang juga sudah menuntut ilmu menganggap remeh hutang kepada temannya hanya karena menganggap sudah sama-sama ngaji. Akhirnya kalau ditagih selalu ada saja alasan. “Afwan akhi, begini dan begitu.”

Maka kita katakan, Subhanallah.. Dimana bekas ilmu itu di hatimu?

Seharusnya ilmu itu menambahkan rasa takut kamu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seharusnya kamu berpikir, kamu sudah tahu ilmunya bahwa hutang itu berbahaya nanti di hari kiamat.

Sebagian orang ada yang berkata, “Kan yang penting saya sudah ada niat bayar hutang.” Bahkan disebutkan dalam hadits bahwa orang yang berniat membayar hutang nanti juga Allah yang membayarkan. Maka kita katakan bahwa ini untuk orang yang bersungguh-sungguh membayar hutang. Dia sudah berusaha mengeluarkan seluruh tenaganya untuk membayar hutang. Adapun sebatas niat ingin membayar hutang tapi tidak ada kesungguhan bahkan ia menganggap remeh, ini tidak masuk dalam hadits tersebut.

Penutup Mutiara Nasihat Tentang Jangan Remehkan Hutang

Maka saudaraku, ingatlah bahwa hutang membuat kita rugi pada hari kiamat, bangkrut pada hari kiamat. Hutang itu menghabiskan amalan shalih kita. Kita capek beramal shalih di dunia, shalat tahajud, berpuasa, tapi gara-gara hutang habis ludes. Na’udzubillah, Nas’alullah as salamah wal ‘afiah..

Maka dari itulah ya Akhi, segera bayar hutang kita dengan sungguh-sungguh. Kalau kita sudah bersungguh-sungguh ingin membayar hutang tapi ternyata qadarullah kita sudah meninggal dunia sebelum kita selesai membayar hutang, Allah bayarkan Insyaallah, Allah akan bantu. Yang jelas harus ada kesungguhan dulu. Kita harus usaha dulu untuk bayar hutang.

Semoga orang-orang yang terlilit hutang diberikan oleh Allah kemudahan untuk membayar hutang. Dan kita pun juga jangan bermudah-mudahan untuk berhutang. Hidup tanpa hutang itu, beban pikiran kita pun juga enak. Berbeda dengan orang yang terlilit hutang, beban pikirannya berat, tidak bahagia, makan tidak enak dan yang lainnya. Sementara kelapangan dada itu nikmat. Allah berfirman:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ﴿١﴾

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?” (QS. Ash-Sharh[94]: 1)

Bagaimana akan lapang dada kita kalau kita terlilit dengan hutang?

Semoga yang saya sampaikan bermanfaat.

وب الله توفيق

Download mp3 Mutiara Nasihat Singkat Tentang Jangan Remehkan Hutang

Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda.

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv

Pencarian: Ceramah lucu teks, ceramah agama lucu, kultum lucu tapi bermakna, ceramah lucu mp3, ceramah lucu mp3 full, contoh ceramah lucu, ceramah lucu tentang al quran, mp3 ceramah lucu, contoh ceramah lucu singkat, ustad ceramah lucu, ceramah lucu dan singkat, pidato ceramah lucu, ceramah lucu mumpuni, ceramah lucu banget,


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47739-mutiara-nasihat-tentang-ceramah-lucu-penghancur-amalan-dan-jangan-remehkan-hutang/